Tuesday, 6 October 2015

FUNGSI-FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Banyaknya negara pasti tak lepas dari bahasa dan makna yang digunakan di negara tersebut, contohnya yaitu bahasa Indonesia. Bahasa merupakan peranan penting dalam sebuah negara, maka dari pada itu bahasa mempunyai kedudukan, makna dan fungsi yang tidak boleh disepelekan.


ARTI PENTING BAHASA

Sebagai penduduk Indonesia, sudah selayaknya kita menggunakan bahasa Indonesia dan menyadari seberapa pentingnya kita berbahasa Indonesia. Disekolah manapun, pasti mengajarkan betapa pentingnya fungsi dan tata letak bahasa tersebut. Pembelajaran ini bukan sekedar untuk meningkatkan nilai pada saat kita menerima rapor kenaikan kelas, tetapi karena semua pengetahuan yang didapat sekarang ini dari semua pelajaran berguna untuk kehidupan di masa depan. Banyak negara yang meremehkan Bahasa Indonesia, tetapi itu adalah sikap patriotisme yang bisa kita tunjukkan kepada Bangsa Indonesia adalah dengan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Visi-visi disekolahan indonesia adalah melihat siswa dan siswinya untuk menjadi ketua dan pemimpin-pemimpin yang hebat di masa depan. Bagaimana kita bisa menjadi seorang pemimpin Indonesia yang kuat apabila pemimpinnya sendiri tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar? Ini sangat memalukan. Sebagai orang Indonesia, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah salah satu kewajiban kita.

Saya tidak mengatakan bahwa berbahasa Inggris itu salah, berbahasa Inggris itu baik sekali karena ini juga memudahkan kita untuk berbicara dengan orang asing karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional, tetapi janganlah kita sebagai orang Indonesia lebih fasih berbahasa inggris daripada berbahasa bahasa negerinya sendiri. Kita boleh-boleh saja berbahasa Inggris karena ini adalah suatu prestasi yang bagus, tetapi jangan sampai kita lupa dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah satu bahasa yang bisa membuat seluruh pulau-pulau di seluruh Indonesia menjadi satu. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali dialek dan bahasa lain, tetapi Bahasa Indonesialah yang menyatukan bangsa Indonesia.

Salah satu teman ibu saya, sejak kecil tidak bisa berbahasa Indonesia, padahal kedua orang tua dari anak ini orang Indonesia. Anak ini tidak bisa berbahasa Indonesia karena sejak kecil dibiasakan untuk berbahasa Inggris dan bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris, sehingga kemampuan dia untuk mengucapkan bahasa Inggris sangat baik tetapi kemampuan dia untuk berbahasa Indonesia sangat buruk. Sampai sekarang, dia harus pergi les Bahasa Indonesia. Buat saya, ini adalah salah satu tindakan yang meremehkan bahasa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa Inggris memiliki kumpulan kata yang sangat kaya dibandingkan bahasa Indonesia, tetapi bukan karena itu, kita langsung tidak mau berbahasa Indonesia.



Adapun fungsi-fungsi bahasa itu sendiri dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan secara khusus.

       Fungsi bahasa secara umum:
Dalam literatur bahasa, fungsi bahasa adalah sebagai berikut :
1.      Bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Dalam hal ini yaitu bahasa mempunyai fungsi untuk mengungkapkan gambaran ataupun maksud, gagasan, serta perasaan. Dengan menggunakan bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
Ø  Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
Ø  Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

2.      Bahasa sebagai sarana komunikasi.
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahasa (lisan dan tulisan), sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas, sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

Fungsi bahasa secara khusus:

1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.

2. Mewujudkan Seni (Sastra).
Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni, seperti syair, puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.

3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.
Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan prasasti-prasasti.


PERISTIWA PENTING PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

1.Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

2.Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

3.Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.


4.Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.


5.Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.


6.Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.


7.Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.


8.Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.


9.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus


KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum didalam :

1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambing Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai :  

  *Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa- bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

-Lambang kebanggaan Nasional.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.


Monday, 1 June 2015

Kepemimpinan

Kepemimpinan

A. Teori dan Arti Penting Kepemimpinan
Sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang kepemimpinan, alangkah baiknya jika kita lebih tahu dahulu tentang apa itu kepemimpinan. Berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian dari kepemimpinan.
Ø George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998: 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ø Ordway Tead (1929)
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.
Ø Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan
Ø Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj (1977)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa yang kamu inginkan dari mereka untuk mengerjakannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. sumber dari pengaruh tersebut dapat berupa formal, misalnya kepemilikan tingkat manajerial dalam suatu organisasi. Karena posisi manajemen muncul bersama suatu tingkat wewenang yang direncanakan secara formal, seseorang dapat menjalankan suatu peran kepemimpinan semata-mata karena posisinya dalam organisasi tersebut.

1. Teori Kepemimpinan
di dalam teori kepemimpinan akan dijelaskan tentang pendekatan teori karakter, teori perilaku, dan teori kemungkinan. Mengenalkan perkembangan dalam kepemimpinan yang mempelajari tentang sejumlah isu kontemporer yang terkait dengan penerapan konsep kepemimpinan. Teori yang berkaitan tentang kepemimpinan adalah sebagai berikut.
a. Teori Karakter
Teori karakter kepemimpinan adalah teori-teori yang mencari karakter kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang memperbedakan pemimpin-dari-bukan-pemimpin.pendekatan ini mengabaikan kebutuhan dari pengikut, umumnya pendekatan itu tidak memisahkan

b. Teori Perilaku
Teori perilaku atau dapat disebut juga dengan teori perilaku kepemimpinan. Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin.
Perbedaan antara teori karakter dengan teori perilaku di dalam penerapannya terletak pada asumsi yang mendasarai. Seandainya teori karakter tersebut valid, maka kepemimpinan secara kebijakan dibawa dari lahir. Di pihak lain seandainya ada perilaku spesifik yang menunjukkan pemimpin, maka kita dapat mengajarkan kepemimpinan, kita dapat merencanakan program-program yang menanamkan pola perilaku ini ke dalam diri individuyang berniat untuk menjadi pemimpin yang efektif.

c. Teori Kemungkinan
Teori model kemungkinan Fiedler mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektifbergantung pada padanan yang tepat antara gaya interaksi dari si pemimpindengan bawahannyan serta sampai tingkat mana situasi memberikn kendali dan pengaruhkepada si pemimpin.

2. Arti Kepemimpinan
Pemimpin adalah seorang yang dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama guna mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kepemimpinan terkait dengan:
Keterlibatan orang lain atau sekelompok orang dalam kegaitan mencapai tujuan.
Ada faktor tertentu yang ada pada pemimpin sehingga orang lain siap digerakkan atau dipengaruhi untuk mencapai tujuan.
Adanya usaha bersama serta pengerahan berbagai sumber daya, baik tenaga, dana, waktu dan lain sebagainya.
Melihat pada hal - hal diatas, maka dapat dikatakan hakekat kepemimpinan adalah sebagai berikut:
Kepemimpinan adalah kepribadian seseorang yang menyebabkan sekelompok orang lain mencontoh atau mengikutinya. Kepemimpinan adalah kepribadian yang memancarkan pengaruh, wibawa sedemikian rupa sehingga sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
Kepemimpinan adalah seni, kesanggupan atau teknik untuk membuat sekelompok orang mengikuti atau mentaati apa yang diinginkan, membuat mereka antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, dan bahkan bersedia berkorban.
Kepemimpinan merupakan penyebab kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap sekelompok orang, baik dalam organisasi formal maupun informal.
Kepemimpinan adalah memprodusir dan memancarkan pengaruh terhadap sekelompok orang sehingga siap untuk mengubah pikiran, pandangan, sikap, kepercayaan dan sebagainya. Kepemimpinan di dalam organisasi formal merupakan suatu proses yang terus menerus, yang membuat semua anggota organisasi giat dan berusaha memahami dan mencapai tujuan - tujuan yang diinginkan oleh pemimpin.
Kepemimpinan adalah suatu bentu persuasi, suatu seni membangun sekelompok orang melalui "human relation" dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa rasa takut mereka mau bekerja sama, memahami dan mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah suatu sarana, alat atau instrument untuk membuat sekelompok orang mau bekerja sama, berdaya upaya, mentaai ​​segala sesuatu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan, mempelopori, membimbing, mendidik, membimbing dan lain sebagainya agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi hanya dapat dilaksanakan secara baik, bila seorang pemimpin menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa arti penting dari kepemimpinan adalah bagaimana kita sebagai seorang pemimpin dapat mendidik, membimbing, menjalin hubungan bersama, dan mengantarkan anggota kepada tujuan bersama.
 Untuk menjadi seorang pemimpin yang dapat disegani maka perlu mengetahui bagaimana dan apa saja gaya yang harus dilakukan sebagai seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau didorong oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat dijelaskan melalui tiga aliran teori berikut ini
1. Teori genetis (keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa "Leader are born and nor made" (pemimpin itu dilahirkan bakat bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam kondisi yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan muncul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.

2. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa "Leader are made and not born" (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, herşey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, herşey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai: k = f (p, b, s).
Menurut herşey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan memiliki kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan memiliki keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan memiliki peran yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan tergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut herşey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berbeda. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

B. Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian, 1997).
1. Tipe otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut: Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai kondisi.

3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut: menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

4. Tipe Karismatik
Tipe (teori) kepemimpinan karismatik mengemukakan bahwa para pengikut mengambil atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan alasan mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian memiliki daya tarik yang sangat besar dan karenanya pada umumnya memiliki pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Tentang profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang 'ganteng ".

5. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut: dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran , pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dari kepemimpinan. Mangunhardjana mendeskripsikan faktor-faktor kepemimpinan dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan teori dan pengembangannya, yaitu sebagai berikut.

1. Faktor yang berasal dari diri sendiri
Faktor-faktor yang berasal dari kita sendiri, yang mempengaruhi kepemimpinan adalah pengertian tentang kepemimpinan, nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita berhasil menduduki peringkat kepemimpinan. Pengertian seseorang tentang kepemimpinan mempengaruhi kepemimpinannya. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk mendapatkan fasilitas, uang, barang, keenakan hidup jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan bagi kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya dan memandang fasilitas kepemimpinan sebagai hal supaya dapat melayani lebih baik.
Cara orang berhasil menduduki peringkat kepemimpinn mempengaruhi dari cara kepemimpinannya. Orang menjadi pemimpin hanya karena diangkat dan bukan karena kecakapan yang dimiliki akan menunjukkan perilaku kepemimpinan yang berbeda dari orang yang menjadi pemimpin karena kecakapan yang sudah terbukti. Pengalaman orang dalam kepemimpinan juga mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Seorang pemmpin yang sudah terbiasa bergaya kepemimpinan kerja tinggi kekompakan rendah, misalnya cenderung akan mempergunakan gaya kepemimpinan itu tanpa memperhitungkan orang-orang yang dipimpin atau situasi kepemimpinan yang ada.

2. Pandangan kita terhadap manusia
Pandangan pemimpin tentang manusia mempengaruhi pandangan tentang manusia-manusia yang kita pimpin. Seperti halnya teori Douglas McGregor yang mengemukakan 2 pandangan tentang manusia. 1) Teori X, yaitu pada dasarnya manusia pada umumnya tidak menyukai pekerjaan dan sedapat mungkin menghindari pekerjaan. Karena manusia pada dasarnya tidak suka bekerja, manusia harus dipaksa, diarahkan dan diancam dengan hukuman, supaya mau bekerja dan mencurahkan energi secukupnya untuk mencapai sesuatu. 2) Teori Y, yaitu bagi manusia bekerja merupakan hal alamiah seperti halnya bermain-main dan beristirahat. Pengawasan dari luar dan ancaman hukuman bukan merupakan satu-satunya cara untuk mendorong orang agar berusaha untuk menghasilkan sesuatu.

3. Kondisi kelompok
Kondisi kelompok orang yang kita pimpin juga mempengaruhi kepemimpinan kita. kelompok yang matang cenderung membuat kita rela menyerahkan kepercayaan dan kekuasaan kepada para anggota. Kelompok yang belum matang membuat kita cenderung bertindak otoriter dengan banyak menyuruh dan terlalu direktif.

4. Situasi waktu kepemimpinan kita dilaksanakan
Situasi kepemimpinan sangat ditentukan oleh solusi tugas bersama dan kekompakan kelompok. Situasi, yang menuntut agar tugas segera diselesaikan, cenderung membuat pemimpin lebih menekankan orientasi pada pekerjaan dan kurang pada orang-orang yang dipimpinnya. Situasi kelompok yang tidak kompak membuat kita cenderung untuk lebih memperhatikan hubungan antar mereka dan kurang untuk menghimpun upaya untuk menyelesaikan tugas bersama.

D. Implikasi Manajerial Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain yaitu para karyawan atau bawahan, para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Kekuasaan tersebut dapat bersumber dari hadiah, hukuman, otoritas dan kharisma. Pemimpin harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang tulus, pengetahuan, keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain dalam membangun organisasi.
Kepemimpinan memainkan suatu bagian yang sentral dalam memahami perilaku kelompok, karena pemimpinlah yang biasanya memberikan pengarahan menuju pencapaian tujuan. pemimpin tim yang efektif ternyata menjalankan empat peran: mereka bertindak sebagai penghubung dengan konstituen eksternal, mereka adalah pemecah masalah, mereka mengelola konflikdan mereka melatih anggota tim.



Referensi:
 http://hanifpprince.blogspot.com/2015/05/kepemimpinan.html
Mangunhardjana. 1993. Kepemimpinan Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.

Robbins, P. Stephen. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo.