Zaman dahulu kala pada hari yang cerah, seekor Monyet bertemu dengan setelinga Kelinci di tepi
sungai.
Pasir di tepi sungai itu
tampak indah sekali di bawah cahaya matahari.
“woi, monyet. Indah sekali hari ini!.”

“Gini aja, Kau naik ke punggungku, sehingga kau dapat melihat seberapa cepat aku
lari. kemudian saat kau lari aku naik di punggungmu.”
Kelinci
bersiap-siap lari. Monyet naik ke punggungnya. Kelinci lari secepat-cepatnya ke
pohon yang sudah mereka janjikan.
Sekarang
giliran monyet. Dia melompat setinggi-tingginya sambil berteriak, “Aku bisa lari
secepat angin sambil melompat setinggi bulan. Jangan lihat ke bawah, nanti
kau bisa pusing. Dan berpeganganlah erat.”
Ketika
turun dari punggung simonyet, kelinci melihat bahwa mereka berada di tempat
mereka memulai balapan. Baru dia sadar bahwa monyet tidak berlari sama sekali.
Ia hanya melompat ke atas dan turun lagi di tempat yang sama. Monyet curang!
Kelinci
menjadi marah, “Kau tidak lari! Kau melompat tinggi ke atas, membuatku percaya
kau lari jauh!”
Sikelinci
menendang sang monyet, dan menarik tangan monyet sampai lebih panjang dari
kakinya, supaya monyet tidak bisa berlari kencang sambil berdiri. Sampai
sekarang, tangan monyet lebih panjang dari kakinya dan tidak bisa berlari
kencang saat berdiri karena ditarik kelinci dengan kupingnya.
Itulah Dek, kenapa tangan monyet lebih panjang dari kakinya.
No comments:
Post a Comment