Friday, 11 November 2016

Balapan Monyet dan Kelinci




Zaman dahulu kala pada hari yang cerah, seekor Monyet bertemu dengan setelinga Kelinci di tepi sungai.
Pasir di tepi sungai itu tampak indah sekali di bawah cahaya matahari.




 “woi, monyet. Indah sekali hari ini!.”




“Emang ci! Seperti di pantai kan ya? Gimana kalau kita balapan?”




“Ayuk!, Kita balapan sampai ke pohon itu ya?”




“Tapi... kau mungkin dapat lari cepet banget, dan aku pasti akan kalah,”



“Gini aja, Kau naik ke punggungku, sehingga kau dapat melihat seberapa cepat aku lari. kemudian saat kau lari aku naik di punggungmu.”


Kelinci bersiap-siap lari. Monyet naik ke punggungnya. Kelinci lari secepat-cepatnya ke pohon yang sudah mereka janjikan.



Sekarang giliran monyet. Dia melompat setinggi-tingginya sambil berteriak, “Aku bisa lari secepat angin sambil melompat setinggi bulan. Jangan lihat ke bawah, nanti kau bisa pusing. Dan berpeganganlah erat.”



“Huh, monyet, “kau lari cepet banget sehingga membuatku hampir pingsan karena pusing.”



“Sekarang kau tahu, aku lari lebih cepet darimu,”


Ketika turun dari punggung simonyet, kelinci melihat bahwa mereka berada di tempat mereka memulai balapan. Baru dia sadar bahwa monyet tidak berlari sama sekali. Ia hanya melompat ke atas dan turun lagi di tempat yang sama. Monyet curang!


Kelinci menjadi marah, “Kau tidak lari! Kau melompat tinggi ke atas, membuatku percaya kau lari jauh!”


Sikelinci menendang sang monyet, dan menarik tangan monyet sampai lebih panjang dari kakinya, supaya monyet tidak bisa berlari kencang sambil berdiri. Sampai sekarang, tangan monyet lebih panjang dari kakinya dan tidak bisa berlari kencang saat berdiri karena ditarik kelinci dengan kupingnya.

Itulah Dek, kenapa tangan monyet lebih panjang dari kakinya.

No comments:

Post a Comment